Tersesat di Labirin Gamalia

Suasana Jalan Gamalia

Setelah menempuh perjalanan dengan tremco dari Darrosah-Bab Sya'riyah, kami turun di komplek Bab Nasr. Memasuki gerbang pertolongan ini kami (Qoimuddin dan Saya) disambut dengan perisai dan pedang Sayyidina Ali. Ra yang tertempel di kedua sisi atas gerbang, mataku langsung tertuju pada Wikala (Commercial Center) di sebelah kanan jalan, namun sayang seribu sayang, Wikalat yang dibangun oleh sultan Al Asyraf Abu Nasr Qaitbay dari dinasti Mamluk di tahun 885 H / 1480 M kondisinya sangat memprihatinkan. 


Bayangkan bangunan berlantai 2 ini, bagian atasnya, yang berfungsi sebagai tempat penginapan terbakar, kehilangan atap dan ukiran masyrabiyah, yang paling miris lagi bagian bawahnya digunakan untuk bengkel yang membuat ukiran kaligrafi wikalat ini banyak tertutup oleh ceceran oli, disebelahnya untuk pandai besi, kandang kuda, tempat sampah dan satu kebiasaan buruk paling mengerikan dan ditakuti setiap bangunan sejarah diseluruh penjuru dunia, yaitu gerbang utama Wikalat Qaitbay menjadi "Toilet Umum Terbuka" oh Noo :( ..



Akhirnya kami teruskan perjalanan menuju Khanqah Baybars, sepanjang jalan hati masih terpikir tentang nasib Wikalat Qaitbay yang jadi " Toilet ", namun semua itu terbayar kala mata dimanjakan berbagai peninggalan yang memiliki ukiran indah sepanjang jalan Gamalia. Bangunan bersejarah berupa, berbagai Wikalat, Khanqah, Masjid, Sabil, Madrasah, facade dan akhirnya kami sampai di Khanqah Baybars Al-Jasyankari.

Wikala Qaitbay
Sampai di depan pintu masuk, mataku ternyata menangkap ukiran batu yang sangat indah tepat diatas kepala, di kanan kiri pintu ada sebuah iwan kecil yang di atasnya terdapat kaligrafi mungil, jika digabung maka akan bertuliskan "Allahul Wahid". Aku bertambah kagum kala melihat ke bawah, tepat di depan mata sepatuku terdapat tulisan "Hierogliph" alias tulisan bangsa Mesir kuno yang biasa ditulis di kuil mereka, dan itu sekarang ada di pondasi pintu masuk Khanqah Baybars!. 

Khanqah yang dibangun selama 3 tahun (1306-1309 M) ini, dalam pembangunannya banyak menggunakan material yang diperoleh dari bebatuan kuil dan makam Firaun yang terbengkalai, pikir Sultan Baybars Al-Jasyankari dari pada mubazir lebih baik dimanfaatkan untuk pembangunan.

Begitu memasuki masjid, hawa sejuk langsung membelai kami dan melepas hawa sengat sang surya siang itu, kami menyusuri lorong hingga tiba di pelataran tengah masjid, dan ada apa di sana?

Subhanallah, tak henti-hentinya diri bertasbih, begitu luas dan megah iwan di Khanqah ini mirip masjid Sultan Hasan, hanya saja tempat ini begitu tenang. Selain itu jendelanya dipenuhi dengan Zukhruf ala mamalik yang sangat menawan, banyak burung merpati terbang kesana kemari tak peduli kedatangan kami dan ditambah lagi dengan udara yang begitu sejuk. Kami lalu melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah, shalat saat itu begitu syahdu karena terbawa suasana yang begitu tenang.


Bagian serambi masjid yang materialnya diambil dari benatuan Piramid
Selesai salat, kamipun mulai melancarkan misi, apalagi kalau bukan "Kejar Muqorror", saat itu aku belajar Fiqih Ibadah, sedangkan Qoim belajar Fiqih Muqoron. Belajar kami begitu khusyu' hingga waktu tak terasa telah menunjukan jam 14.30. Waktunya berkemas. Kepulangan kami dilepas dengan terbangnya puluhan merpati di halaman masjid.

Beberapa merpati terlihat di halaman dalam Khanqah Jasyankir
Pulang rencana kami menyusuri jalan Gamalia ke arah selatan supaya tembus ke Masjid Husein, setelah melewati lorong yang cukup banyak laksana labirin ternyata kami menemui jalan buntu, kami kembali ke start awal dan mencoba jalan lain, perjalanan kami nikmati melihat bagunan tua bertebaran di setiap pojok gang, ternyata kami menemui jalan buntu lagi. Qoimpun mulai kesal, sambil berkata "Mif, Nyawa antum tinggal satu, kalau sampai salah jalan lagi, antum GAME OVER!!". "Oke beres, kesasar lagi tinggal ngulang lagi kan" jawabku percaya diri. 

Di jalan yang ketiga kali aku mencoba jalan lain, Alhamdulillah jalanya ramai dan tambah lebar, di kanan kiri juga banyak penjual, berbeda dengan jalan sebelumnya, semakin masuk malah semakin sepi dan buntu!. Akupun tambah PD, tapi eit tunggu dulu, tapi perasaan kaya kenal jalan ini, kenapa ke arah jalan besar, bukannya di Husein tak ada jalan selebar itu?. Qoim semakin curiga dan tambah mengindimindasiku... dan ternyata benar, kita ternyata tersesat saat di Gamalia dan sekarang kita sampai di Bab Nasr, tempat awal kita turun dari tremco..Waaawww..

Qoim menyusuri lorong di antara bagunan tua jalan Gamalia
Bukanya tembus ke Husein malah balik ke awal, Qoimpun tampil dan menyerbuku dengan senapan oratornya, "Antum sih, dibilangin jangan milih jalan itu malah kesitu, ya jadinya kita nyasar, nyawa antum abis dan GAME OVER!!!","Habis asik im, banyak bangunan menariknya, oke sekarng antum yang mimpin" sambutku sambil tersenyum malu. Iyapun memilih menghindari"Labirin Gamalia" lagi dan menyusuri jalan arah pertigaan Markaz Shin, dan kitapun sampai di Darrosah. Petualangan yang menegangkan!, perjalanan kami tutup dengan mampir di kedai Kusyari, Aku memesan Kusyari dan Qoim memesan semangkuk Ruz bi Laban. Amazing!

Komentar

  1. ihh, jd kangen mesir awi-awi deh jadinya. hehe
    btw, potret2 kamu bagus loh, bs ngambil angle2 yg 'bercerita' :)

    BalasHapus
  2. Alhamdulilah, sekarang Mba sudah di Indonesia kah? kalau masalah potret emang dari dulu suka jeparat jepret Mba dan sekarang juga lagi nekuni dunia fotografi, bisa dilihat sedikit hasil iseng di blog saya Bagian Galery. Thanks buat kunjungannya :)

    BalasHapus
  3. salut banget! Happy traveling ya! :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer