Terpaksa Sahur Ekspres
Waktunya Sahur |
Ramadhan
merupakan bulan yang sangat ditunggu kedatangannya, umat Islam seluruh dunia
bersuka cita menyambutnya. Bulan Suci ini selain ditunggu karena berbagai
keutamannya, ia juga membawa bayak hikmah dan cerita seru seputar rutinitasnya,
entah momen sepesial saat menunggu waktu berbuka dan curi curi pandang dengan
jadwal imsakiyah saat sahur, selalu ada kisah unik yang menyertainya.
Seperti
cerita seru yang dialami mahasiswa Mesir Indonesia (baca: Masisir). Ramadhan
kali ini merupakan pengalaman puasa pertama di Mesir, serta menjadi tantangan
tersendiri bagi mahasiswa baru. Mengapa? Karena puasa di mesir lebih lama dan
lebih panas, bulan Juli saat jatuhnya Ramadhan kebetulan masuk ke puncak
musim panas, sehingga suhu pada siang hari berkisar 38-42 C. Jadi bisa anda bayangkan
tantangannya, selain menahan lapar dan haus, dapat bonus ekstra menahan
panasnya udara Mesir.
***
Sahur
kali ini (23/8) bakal jadi momen sepesial yang tak
terlupakan bagi penghuni flat Ashabul Kahfi, bukan karena lauknya yang
sepesial, tapi hampir-hampir semua penghuni tak jadi sahur.
Cerita
berawal saat saya membuka mata, karena terlalu capek pasca kelas fotografi
sedari siang dan baru selesai setelah taraweh, sampai di Ashbul Kahfi langsung
tepar di atas kasur, ternyata hampir saja aku kelewatan saat-saat berkah, alias
"ga sahur". Melihat jam ponsel menunjukan jam 03.0, aku kaget dan
langsung ngloyor ke dapur. Ternyata tak ada makanan apapun, sedangkang
waktu sahur tersisa hanya 27 menit lagi, belum masak nasi apalagi lauknya. Karena petugas piket masak sedang tidak ada di rumah, kebetulan ia sedang mendapatkan tugas mengatar teman ke bandara.
Melihat
kondisi yang super genting, banyak dari teman-teman hanya minum air, sebagian
tawakal di depan ponsel masing-masing dan sisanya tergolek lemas meratapi nasib
di atas pembaringan. Karena waktu semakin menipis dengan sigap Mundzir dan aku
berbagi tugas, ia memasak nasi dan menggoreng kerupuk, sedangkan aku membuat
lauknya.
Ketika
membuka lemari pendingin untuk mencari sayuran, tiba-tiba semangatku mengejar
sahur sirna, ternyata freezer yang menjadi harapan, malah jadi juragan "PHP"
alias Pemberi Harapan Palsu, tak ada satu sayurpun untuk diolah kecuali
beberapa tomat, bawang dan cabai. Terdesak waktu dan lapar, dengan bahan
seadanya aku berniat membuat sambel kecap.
"Jadi
masak apa tah? Kan sayurnya ga da?" Tanya mundzir yang penasaran dengan
wujud lauknya.
"Kayanya
kita mesti tirakat dulu, sambel kecap ama krupuk udah lumayan enak, moga aja
ada malaikat ngetok pintu bawa lauk" jawabku asal ceplos.Mengetahui
jawabanku, mundzir hanya senyum kuda sambil mengoreng kerupuk.
Bau
harum langsung memenuhi dapur, kala bawang putih dan bombay dimasukan ke
penggorengan, disusul dengan cabai dan tomat "Hemm, lumayan sedap"
gumanku.
"Tiing
toong", bel pintu berbunyi, "Dzir bukain pintu, noh ada tamu, siapa
tahu malaikat bawa lauk" teriakku dari dapur. Ketika pintu dibuka ternyata
Rijal yang datang, salah satu penghuni Ashabul Kahfi yang baru pulang.
"Anak-anak
udah pada sahur tah?" tanyanya polos tanpa dosa.
"Belum
lah, lauknya juga ga ada Jal, aku lagi bokek jadi ga bisa beli lauk."
Mendengar
curhatku, Rijal langsung keluar "Ya udah ana ke depan beli telor
sebentar".
Selang
beberapa menit, bel pintu berbunyi dan Rijal kembali dengan membawa sekantung telur.
Langsung saja kucampur semua telur ke pengorengan, ditambah sedikit merica,
garam dan kecap, telor oreg ala miftahuna telah jadi.
Jam
dinding seakan tertawa, karena 19 menit berlalu dan tersisa 8 menit waktu
sahur. Krupuk dan lauk telah siap saji, tapi ternyata nasi belum matang juga.
"Dzir,
gimana nasinya, udah matang?" tanyaku harap-harap cemas.
"Belom
tah, bentar lagi" jawabnya sambil melototi rice cocker yang belum
menunjukan tanda matang.
"Jkleek!!"
Bunyi magicjar, tanda nasi sudah matang, segera mundzir membawa ke ruang
tengah dan langsung membangunkan anak-anak yang terlanjur putus asa. Nasi
langsung dituang di penampan besar tampak asap tebal keluar dari sela-sela nasi,
tanda nasi masih sangat panas.
"Wuih
gila, nasinya udah kaya Kawah Ijen aja nih, gimana makannya" celetuk salah
satu teman.
"Tujuh
menit lagi imsak, dari pada ga sahur, udah sikat aja" yang lain menimpali.
Jangan
bayangkan sahur kali ini berjalan khidmat, melainkan mirip latihan bela diri
ala kuil Sholin. Setiap orang mencoba mengambil nasi yang masih mengepul dengan
tangan kosong, mereka berlomba dengan waktu imsak yang kian dekat. Hal ini mengingatkanku akan adegan para murid Sholin, saat mereka sedang latihan jurus
totok nadi, dengan mencelupkan tangan ke pasir panas. Membayangkan semua orang
yang sedang makan di hadapanku botak mirip biksu, dan sedang latihan jurus
dengan nasi panas haha.. Super lucu, sekedar imajinasi penghibur diri. Sahur
kami yang biasanya santai dari jam 2, kini jadi super cepat berlomba dengan
waktu imsak, Sahur kelas ekonomi berubah jadi sahur ekspres!
Karena
terburu-buru, nasi yang masih panas langsung meluncur bebas ke tenggorokan, terasa kering dan haus. Kulihat ke dapur ternyata air habis, hanya air di wajan yang
baru di masak barusan dan masih mengeluarkan asap. Aduh! Benar-benar makan buah
simalakama, makan bertemu Kawah Ijen, minumnya pakai kawah merapi, makan panas,
minum apalagi.
Dari
pada kehausan dan sebentar lagi imsak, akhirnya tercetus ide untuk mencampur
air yang matang nan mendidih dengan air keran mentah nan sejuk, asli langsung
dari sungai Nil. Dirasa agak hangat, air oplosan siap diteguk, kuminum
pelan-pelan menikmati setiap teguknya, sedikit lega. Saat tegukan terakhir
adzan tanda imsakpun berkumandang. Alhamdulilah bisa sahur juga J
(Kairo-Miftahuna)
***
Catatan:
1.
Sahur Ekspres tidak baik bagi
kesehatan, khususnya bagi penderita Magh
2.
Jangan meniru adegan oplos
air, karena bisa menyebabkan sakit perut.
3.
Mohon maaf jika ada pihak yang
kurang berkenan, karena cerita bersifat hiburan.
4.
Jangan meniru adegan
"Kuil Sholin" tanpa didampingi ahlinya.
memang rijal penyelamat sahur
BalasHapusHaha.. Iya Jal, baik hati, dermawan, suka menabung dan tidak sombong ya Pak :D
BalasHapusPasti bakal terkenang banget miftah. Btw kok jd sepi? Lg konsen kuliah ya? Padahal aku merindukan tulisan-tulisanmu :-)
BalasHapus